Jenis Wawancara

Menurut Flyod G. Arpan dalam Touward Better Comnunications seperti dikutip Mappatoto (1999:21-22), berdasarkan bentuknya wawancara dapat dikelompokan kedalam tujuh jenis, berikut ini kutipan secara rinci dari uraian Mappatoto :

  1. Wawancara sosok pribadi (personal interview). Wawancara dilakukan dalam dua golongan sosok pribadi. Pertama, dengan orang yang baru tampil dalam suatu profesi seperti profesi dalam politik, niaga, perbankan, ilmu pengetahuan, hiburan, kegiatan sosial, olahraga. Kedua, dengan orang yang berada diluar orbit berita yakni orang biasa yang sebenarnya tidak melakukan kegiatan bernilai berita sebagimana layaknya orang-orang besar. Tetapi orang itu menarik karena misalnya bertingkahlaku aneh, atau melakukan pekerjaan aneh.

  2. Wawancara berita (News Interview). Wawancara diselenggarakan sehubungan dengan adanya berita besar dengan maksud untuk memperoleh pendapat atau tanggapan dari orang yang berwenang. Wawancara ini biasa juga dinamakan wawancara cantelan berita (news peg). Wawancara berita umumnya dilakukan untuk memperoleh keterangan atau pendapat dari seseorang atas pertimbangan kewenangannya, prestasinya, keahliannya, untuk diterbitkan sebagai berita lempang (straight news). Sumber berita itu misalnya presiden, para menteri, para petinggi negara, olahragawan, ilmuwan, pemodal, politisi, dan okoh masyarakat.

  3. Wawancara jalanan (man in the street interview). Wawancara diadakan dijalan-jalan umum dengan menyetop dan menanyai orang lewat tentang pendapat mereka berkenaan dengan suatu berita penting. Dengan wawancara ini diharapkan diperoleh pendapat umum tentang kejadian penting itu, misalnya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

  4. Wawancara sambil lalu (Casual interview). Wawancar tidak direncanakan secara khusu tetapi berlangsung secara kebetulan. Pertemuan dan dialog dengan orang berwenang dalam suatu resepsi adalah sarana wawancar untuk memperoleh keterangan dari orang besar yang ditemui pada kesempatan itu.

  5. Wawancara telepon (telephone interview). Wawamcara untuk memperoleh keterangan dari seseorang yang berwenang dilakukan memalui telepon yang sewaktu-waktu dapat diadakan antara pewarta dan sumber berita. Cara memperoleh keterangan melalui wawancara ini akan lebih lancar jika sudah ada saling percaya antara pewarta dan sumber berita. Artinya, dimata sumber berita pewarta yang bersangkutan memiliki integritas pribadi dan dapat dipercaya tidak akan salah kutip sebaliknya, pihak pewarta tidak mempunyai kepntingan lain dengan sumber berita kecuali memperoleh keterangan atau informasi.

  6. Wawancara tertulis (Written interview). Kelemahan dalam wawancar tertulis yakni sekiranya ada bagian yang tidak jelas dari jawaban tertulis itu, pewarta tidak dapat meminta penjelasan dari sumber berita pada saat itu seperti yang dapa dilakukan dalam wawancara berita. Keuntunganya, berita yang disusun berdasarkan jawaban tertulis diasumsikan tidak akan dibantah oleh sumber berita, kecuali kalau susunan berita bertentangan dengan maksud sumber berita.

  7. Wawancara kelompok (discussion interview). Wawancara dilakukan dengan sekelompok orang, seakan-akan pewarta adalah peserta dalam suatu seminar atau symposium. Hasil wawancara yang akan diberitahukan bukan pendapat satu orang dalan seminar tetapi rangkuman pendapat yang transparan dalam seminar (Mappatoto, 1999:22-24)


-Ratna-

Komentar